Ketenangan |
يا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعي إِلى رَبِّكِ راضِيَةً مَرْضِيَّةً
“Wahai Jiwa yang tenang Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai olehNya” (Qs. Al-Fajr: 27-28)
Setiap manusia menginginkan ketenangan dalam hidup, ada orang yang menghabiskan segala usahanya selama bertahun-tahun hanya untuk membeli sebuah rumah di suatu tempat tertentu yang jauh dari kebisingan manusia lainnya, jauh dari kebisingan kendaraan dan carut-marut kesibukan kota, mengapa ia melakukan itu? Tidak lain karena ia menganggap keberadaannya jauh dari hiruk pikuk kehidupan sosial itulah sumber ketenangan baginya.
Ada pula sebaliknya, mereka meninggalkan keteduhan desa, kesejukan alamnya, keramahan penduduknya serta kebersihan udaranya, bahkan rela menjual apa yang ia miliki di tempat itu hanya sekedar untuk mengejar kehidupan kota yang penuh sesak, berpolusi, dan detak kehidupan yang berjalan tanpa henti, apa yang membuat ia melakukan itu? Jelas karena ia beranggapan bahwa sumber ketenangannya adalah ditempat seperti itu.
Ada pula yang lainnya yang rela menghabiskan dana yang besar demi makan di sebuah tempat yang mahal karena menganggap ketenangannya berada disitu, ada yang membeli kendaraan mewah dengan harga yang fantastis karena menganggap sumber ketenangannya ada disitu, ada yang mengejar wanita impian dengan mengorbankan segalanya karena menganggap ketenangannya berada pada wanita itu, intinya... manusia ingin ini dan itu, ingin memiliki ini dan itu, ingin menguasai ini dan itu, ingin dapat melakukan ini dan itu, semua hanya bertujuan satu, yaitu untuk memperoleh apa yang disebut dengan K E T E N A N G A N dalam hidup.
Salahkan ini?... Berdosakah ini?...
Islam melihat sifat dasar kemanusiaan ini adalah sebagai sunnatullah manusia, kodrat manusia adalah mencari ketenangan dalam hidup,` tidak terkecuali para Nabi dan Auliya Allah SWT, mereka juga mengorbankan sesuatu yang lain untuk mencari ketenangan dalam hidup.
Nabi Adam as memakan buah Khuldi karena menganggap keredhaan sang Istri dengan memakan buah itu adalah sumber ketenangan baginya, Nabi Yusuf as rela mendapat cobaan dimusuhi oleh saudara-saudaranya, dijatuhkan ke dalam sumur, dijual menjadi budak, karena beranggapan bahwa kerelaan Tuhan kepadanya adalah sumber ketenangan baginya, Nabi kita, Nabi Muhammad SAW rela hijrah meninggalkan kota kelahirannya Mekah menuju Madinah karena menganggap ketenangannya adalah di kota itu, ia dapat merapatkan barisan kaum muslimin, memperjuangkan Islam, dan membawa ummat kepada cahaya ilahi.
Kita semua, siapapun kita, apapun pangkat dan kedudukan kita, memiliki sumber ketenangan yang berbeda-beda antara satu sama lain, dan itu adalah kodrat manusia saat diciptakan oleh Allah SWT, dan itu pula adalah ujian terbesar bagi kita hidup di dunia ini.
Karena itu, tanyalah pada diri kita masing-masing apakah sumber yang kita jadikan ketenangan dalam hidup itu adalah sumber yang diridhai oleh Allah atau tidak, apakah sumber ketenangan yang menjadi kodrat kita masing adalah sumber ketenangan yang memiliki kecendrungan yang baik atau yang tidak, apakah sumber ketenangan kita itu adalah sumber ketenangan yang mengganggu kehidupan manusia lainnya atau tidak. Itulah yang mesti selalu kita tanyakan pada diri kita saat kita akan melakukan sesuatu
Allah SWT hanya menginginkan sumber ketenangan hidup kita adalah sumber yang diridhaiNya, sumber ketenangan yang tidak menyalahi aturan kehidupan dan akal sehat, sehingga saat kita hendak menemuinya kelak, kita benar-benar menjadi orang yang lega tanpa beban, tanpa beban dosa dan kesalahan yang berhubungan dengan diri kita sendiri, lega tanpa beban dosa dan kesalahan yang berhubungan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar, lega tanpa beban dosa dan kesalahan yang berhubungan dengan Allah SWT. Saat itulah Allah SWT akan memanggil kita dengan panggilan yang mesra dan menaut hati:
يا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ارْجِعي إِلى رَبِّكِ راضِيَةً مَرْضِيَّةً فَادْخُلي في عِبادي وَ ادْخُلي جَنَّتي
“Wahai Jiwa yang tenang Kembalilah kepadaKu dengan hati yang lega dan puas lagi di ridhai, silahkanlah masuk ke dalam barisan hamba-hambaku (yang kusayangi), dan silahkanlah masuk ke dalam surgaku ” (Qs. Al-Fajr: 27-28)
Mereka inilah orang-orang yang dianugerahi ketenangan yang sebenarnya dalam hidup, mereka inilah yang dalam tradisi Islam disebut sebagai orang-orang yang memiliki hati yang muthmain kepada Allah, orang yang yakin dan percaya bahwa sumber ketenangan hidup yang sebenarnya adalah keredhaan Ilahi, yaitu yang dapat menghantarkan manusia untuk tambah beriman, tambah beramal shalih, bertambah ketaqwaan, dan bertambah penyebaran kebaikan di muka bumi. Mudah-mudahan kita semua termasuk hambaNya yang memiliki jiwa yang Muthmain, jiwa yang tenang saat memenuhi panggilanNya kelak, amin []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar konstruktif dengan bahasa yang sopan dan bijak, terimakasih