taubat |
Karena itulah para anbiya diutus kepada manusia, sebagai pengingat mereka kepada Tuhan, sebagai seorang yang menyadarkan manusia dari kealpaan dan kelupaan sehingga tetap mengingat Allah swt dalam keadaan bagaimana pun. Allah SWT berfirman:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَ اسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كانَ تَوَّابا
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhan-mu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima Tobat” (QS. An-Nasr:3).
Dalam Al-Qur’an kita diperintahkan untuk saling mengingati sesama manusia, karena itulah para ulama dan mereka-mereka yang berusaha mengikuti jejak para anbiya selalu mengingatkan kita dari kealpaan dan kelupaan supaya kita tidak terjerumus dalam lembah dosa, kesalahan dan kemaksiatan.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
وتوا صو بالحق وتوا صوبالصبر
“Saling mengingatilah kamu dalam kebenaran, dan saling mengingatilah kamu dalam kesabaran” (QS. An-Nas:4-5).
Ketika kita telah mengetahui bahwa manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa, maka sebaik-baik insan yang pelupa dan alpa adalah mereka melakukan taubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahan yang ia lakukan.
Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menekankan pentingnya seorang insan untuk bertaubat, beristighfar, dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Ayat-ayat itu antara lain:
وَ اسْتَغْفِرِ اللهَ إِنَّ اللهَ كانَ غَفُوراً رَحيماً
“Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An-Nisa: 106)
أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللهِ وَ يَسْتَغْفِرُونَهُ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحيمٌ
“Maka mengapa mereka tidak bertobat dan memohon ampunan kepada Allah? Padahal Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Maidah: 74)
وَما كانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan Allah tidak akan mengazab mereka, sedang mereka memohon ampunan kepadaNya” (QS. Al-anfal: 33)
Terdapat syarat-syarat utama yang patut kita perhatikan dalam bertaubat, dan memohon ampunan kepada Allah SWT, diantara syarat-syarat itu adalah:
1. Langsung bertaubat dan tidak menunda-nundanya
Allah SWT dalam Al-Qur’an telah berfirman:
وَ مَنْ يَعْمَلْ سُوءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوراً رَحيماً
“Barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia langsung memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Nisa: 110)
Kata Tsumma dalam ayat ini berarti suatu perbuatan yang telah dilakukan, dan akan mulai hendak melakukan suatu perbuatan yang lainnya, dengan demikian maksud ayat ini adalah jangan sampai kita melakukan suatu perbuatan yang lain setelah melakukan suatu kesalahan selain langsung menyesali perbuatan itu dan langsung bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Menunda-nunda bertaubat dapat menghapuskan kesempatan kita memperoleh ampunan dari Allah swt atas dosa dan kesalahan yang kita lakukan.
2. Langsung menghentikan kesalahan yang sedang kita lakukan
Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman:
وَالَّذينَ إِذا فَعَلُوا فاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَ مَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللهُ وَ لَمْ يُصِرُّوا عَلى ما فَعَلُوا وَ هُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka lantas ingat kepada Allah, lalu mereka memohon ampunan akan dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui” (Ali Imran: 135)
Kata Walam yushirru ‘ala ma fa’alu dalam ayat ini menegaskan bahwa dalam diri kita selalu terdapat teguran yang akan selalu mengingatkan kita atas kesalahan dan dosa yang sedang kita lakukan, jika kita mengikuti teguran iman ini, dan kemudian menghentikan perbuatan dosa yang kita lakukan, maka disaat itulah Allah swt mengampuni dan menghapus dosa dan kesalahan yang sedang kita kerjakan, inilah yang disebut dengan fitrah nurani kemanusiaan yang selalu mengontrol diri kita supaya tetap pada jalan yang benar dan diridhai olehNya.
3. Tidak melakukan kesalahan yang berhubungan dengan manusia lainnya
Allah SWT, para Anbiya, dan para alim Ulama sangat mewanti kepada kita agar jangan sampai melakukan kesalahan dan dosa yang berhubungan dengan manusia lainnya, hal ini akan berakibat susahnya bertaubat bagi mereka yang melakukannya. Diantara perbuatan itu adalah:
Membunuh orang lain
Allah SWT berfirman:
وَ مَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِناً مُتَعَمِّداً فَجَزاؤُهُ جَهَنَّمُ خالِداً فيها وَ غَضِبَ اللهُ عَلَيْهِ وَ لَعَنَهُ وَ أَعَدَّ لَهُ عَذاباً عَظيماً
“Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah neraka Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar untuknya” (QS. An-Nisa: 93)
Maka bagaimanakah cara bertaubat bagi orang yang telah membunuh seorang mukmin dengan sengaja jika ia menyesali perbuatannya? Para ulama menetapkan bahwa cara taubatnya adalah dengan qishas sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:
وَ مَنْ قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنا لِوَلِيِّهِ سُلْطاناً فَلا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كانَ مَنْصُوراً
"Dan barang siapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan (hak kisas) kepada wali keluarganya, tetapi janganlah ia melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat perlindungan" (QS. Al Isra’: 33)
Kecuali jika wali keluarganya memaafkan si pembunuh, dan si pembunuh membayar denda (diyat) kepada keluarga yang ditinggalkan.
Berzina
Cara bertaubat bagi orang yang melakukan zina adalah dijilid sebanyak 80 kali bagi yang masih perjaka, atau diracam sampai mati bagi yang sudah pernah menikah.
Mengambil hak orang lain yang bukan haknya
Maka taubatnya adalah dengan mengembalikan semua hak orang lain yang diambilnya itu.
Apa yang kita harapkan selain keselamatan kita dalam kehidupan akhirat? Yaitu kehidupan nyata yang sebenarnya, yang kita biasa terlupa dan terleka dari memikirkannya, kehidupan dunia hanyalah sementara sebagai usaha kita untuk menuju akhirat, ia akan habis dalam usia maksimal 80 tahun atau 90 tahun, bahkan tidak ada yang menyangka dalam usia muda dan masih belia juga dapat menjemput kematian.
Maka bersegeralah kita menuju ampunan tuhan, sehingga kita termasuk hambanya yang dsebutkan dalam Al-Qur’an sebagai orang-orang yang mendapatkan ampunan Allah dan memperoleh surga yang kekal abadi.
أُولئِكَ جَزاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَ جَنَّاتٌ تَجْري مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهارُ خالِدينَ فيها وَ نِعْمَ أَجْرُ الْعامِلينَ
“Balasan mereka (yang bertaubat) ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, dan mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala (bagi) orang-orang yang beramal (di dunia)” (QS. Ali imran: 136).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar konstruktif dengan bahasa yang sopan dan bijak, terimakasih