fanatik |
Fanatisme dan keras kepala bermakna desakan kepada sesuatu yang mengesampingkan logika dan akal sehat buta, tidak memiliki nalar dan tidak memiliki argumen logis, sehingga dengan itu manusia rela mengorbankan nilai kebenaran deminya. Adapun keras kepala bermakna. Buah dari kedua pohon sifat yang buruk ini adalah taqlid buta, yang menghalangi jalan kemajuan dan kesempurnaan manusia.
Ketika kita merujuk kembali kepada sejarah para nabi yang agung, dan kita meneliti penyebab penyimpangan dan kesesatan kaum-kaum terdahulu, dapat diketahui dengan baik bahwa ketiga hal ini (fanatisme, keras kepala, dan taklid buta) memiliki peranan utama dalam penyimpangan dan ketersesatan mereka.
Ddalam Al-Qur’an Al-Karim terdapat banyak ayat-ayat yang mengisyaratkan dengan jelas akan permasalahan ini yang mana akan kita kaji dan teliti secara singkat sebagai berikut:
وَ اِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوا اَصَابِعَهُمْ فِى آذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَ اَصَرُّوا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَاراً
“Setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan jari ke dalam telinga mereka, menutupkan baju (ke muka mereka), tetap (mengingkari), dan menyombongkan diri dengan sangat.” (Qs. Nuh [71]: 7)
قَالُوا اَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللهَ وَحْدَهُ وَ نَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَائُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا اِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ
"Mereka berkata, “Apakah kamu datang kepada kami agar kami hanya menyembah Allah semata dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (Qs. Al-A‘râf [7]: 70)
قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ اِذْ تَدْعُونَ * اَوْ يَنْفَعُونَكُمْ اَوْ يَضُرُّونَ * قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَائَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ
Ibrahim berkata, “Apakah berhala-berhala itu mendengarmu sewaktu kamu menyerunnya? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudarat?” Mereka menjawab, “(Bukan karena itu), sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.” (Qs. Asy-Syu‘arâ’ [26]: 72-74)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar konstruktif dengan bahasa yang sopan dan bijak, terimakasih