16 Agustus 2013

Memaknai Kemerdekaan dengan Sifat Amanah

amanah
Disaat Rasulullah saww memperoleh kemenangan dan kemerdekaan dalam sebuah peristiwa yang dikenal dalam sejarah Islam sebagai Fathu Mekah, setelah 23 tahun berjuang dan berperang dalam banyak medan pertempuran, perang badar, perang uhud, perang khandaq, dll. berjuang membebaskan kota Mekah, menyebarkan persatuan umat dan membebaskan manusia dari borgol kebodohan dan hawa nafsu, maka langkah utama yang dilakukan oleh Rasulullah saww adalah setelah merdeka adalah membangun negeri demi kemajuan manusia secara keseluruhan serta menyatukan visi dan misi bersama dalam pembangunan di berbagai bidang.

Diantara penopang visi dan misi yang dikukuhkan oleh Rasulullah saww saat itu adalah menumbuhkan sifat amanah pada diri setiap muslim khususnya mereka yang memiliki tanggung jawab sebagai aparatur pemerintahan dan masyarakat Islam dibawah panji kepemimpinan Rasulullah saww.


Rasulullah saww mengajarkan kepada mereka bahwa menjaga amanah adalah tanda keimanan, lawannya adalah berkhianat yang merupakan salah satu ciri kekafiran dan kemunafikan. Rasulullah saw sangat menekankan sifat ini sebagai fondasi kemajuan, karena beliau sangat paham bahwa setelah kemerdekaan ujian utama yang menimpa umat adalah lepasnya sifat amanah dari diri seorang muslim.


Jika sifat amanah telah terlepas dari diri seorang muslim maka akan lepas pulalah ikatan keimanan yang ada dalam dirinya, lepas pula gerak kemajuan dan tingkat peradaban yang di impi-impikan, sendi-sendi sosial kemasyarakatan akan hancur, kezaliman dan keserakahan akan merusak bukan hanya keutuhan suatu bangsa, bahkan akan memporak-porandakan peradaban manusia.


Karena itu, menjaga sifat amanah bagi seorang muslim adalah kewajiban dan merupakan salah satu utama orang-orang yang beriman, Allah swt dalam Al-Qur’an ketika menyebutkan ciri-ciri orang beriman berfirman:


قد افلح المؤمنون... وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ


“Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman,… yaitu orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang diberikan kepadanya) serta memelihara janji-janjinya” (QS. al-Mu’minun: 8).

Sebagai peringatan kepada kaum muslimin yang hidup pada masa Rasulullah saww Allah swt berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati amanah Allah dan Rasulullah, dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui (bahwa perbuatan ini adalah dosa besar).” (Qs. Al Anfal: 27)

Rasulullah saw juga berbagai sabdanya menambahkan:


لاَ إِيمَانَ لِمَنْ لاَ أَمَانَةَ لَهُ ، وَلاَ دِينَ لِمَنْ لاَ عَهْدَ لَهُ


"Tidak ada Iman bagi orang yang tidak menunaikan amanah; dan tidak ada agama pada orang yang tidak menunaikan janji." (HR. Ahmad)

Begitu urgen sifat amanah, sehingga Rasulullah saww mengatakan bahwa sifat Amanah sangat erat kaitannya dengan keimanan seorang muslim, sebuah harga yang paling agung yang membedakan dirinya dengan orang-orang selain muslim, sehingga Islam tidak mengakui seseorang itu memiliki iman, jika ia tidak memenuhi amanah yang telah dibebankan kepadanya.


Islam tidak mengakui ia yakin dengan kebenaran Allah dan RasulNya, yakin
 dengan kebenaran kitab-kitabNya dan Hari Akhirat, yakin dengan kebenaran ajaran Islam jika tidak memenuhi amanah yang menjadi tanggung jawabnya.

Pada ayat lain Allah swt berfirman:


إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا


“Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menunaikan amanah kepada yang berhak”. (Qs. An-Nisa: 58)

Meskipun ayat ini turun terkait Usman bin Thalhah sebagai perintah untuk memberikan amanah kepada orang yang berhak. Namun Ulama terkemuka Wahbah az-Zuhaili menyebutkan bahwa ayat ini berlaku bagi setiap muslim dalam melaksanakan amanah yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kedudukan dan posisi yang dimilikinya.


Rasulullah saww dalam sebuah hadis menegaskan:


آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.
 

“Tanda-tanda orang munafik ada tiga. Jika dia berbicara maka dia berdusta, jika dia berjanji maka dia ingkari dan jika dia dipercaya dia berkhianat”.

Sedangkan dalam al-Qur’an disebutkan:


إِنَّ الْمُنافِقينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصيراً


“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka” (Qs. An-Nisa: 145).

Imam Qurthubi dalam kitab al-Jami’ lil Ahkamul Qur’an menyebutkan, amanah adalah segala bentuk kepercayaan yang diberikan kepada seseorang, baik yang terkait urusan agama maupun urusan dunia, baik perbuatan maupun perkataan, dimana tujuan akhirnya adalah menjaganya dan melaksanaannya.
Dengan demikian, menjaga amanah adalah kewajiban setiap muslim, tidak mengenal apakah ia pemimpin ataupun orang biasa, pelajar atau mahasiswa, pekerja atau karyawan, siapapun dia, setiap muslim memiliki amanah masing-masing sesuai kedudukan dan tanggung jawab yang ia miliki.

Amanah seorang muslim adalah menjalankan ajaran agamanya yang luhur dengan sebaik-baiknya, amanah seorang ayah adalah menjaga keluarganya, amanah seorang pelajar adalah belajar dengan sebaik-baiknya, amanah seorang pekerja adalah bekerja dengan sebaik-baiknya, amanah seorang pemimpin adalah memimpin dan mengayomi dengan sebaik-baiknya, amanah bawahan adalah melaksanakan tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya.

Semoga kita dapat menjalankan amanah kita masing-masing menurut amanah yang telah menjadi tanggung jawab kita di depan Allah dan RasulNya, mudah-mudah melalui momentum hari kemerdekaan yang akan kita peringati, kita dapat pula menjaga amanah para pahlawan untuk membangun negeri kita tercinta dengan sebaik-baiknya, dan tidak menodainya dengan perbuatan khianat yang justru merusak harga diri dan martabat bangsa kita, serta merusak tatanan kebangsaan yang diharapkan oleh para pejuang dan pahlawan yang telah rela berkorban untuk bangsa ini.[]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar konstruktif dengan bahasa yang sopan dan bijak, terimakasih