Tidak lama lagi kita akan memasuki bulan Zulhijjah, sebagaimana kita ketahui, Ada tiga peristiwa besar yang terjadi pada bulan Dzulhijjah yaitu pertama adalah pelaksanaan ibadah haji, kedua adalah perayaan hari raya ‘idul adha, dan ketiga adalah penyembelihan hewan qurban. Ketiga ibadah ini satu sama lain adalah ibadah yang saling terkait satu sama lain.
Keterikatan semua ibadah ini tidak lain dan tidak bukan adalah bersatunya 3 ibadah dalam satu bulan sebagai momen penting untuk memupuk rasa keikhlasan.
Inti dari ibadah haji adalah keikhlasan, inti dari hari raya adalah keikhlasan, demikian pula dengan inti dari penyembelihan hewan qurban adalah keikhlasan. Inilah bulan Zulhijjah, bulan perjalanan manusia untuk berhijrah dari perbuatan yang penuh dengan keinginan, menjadi perbuatan yang penuh dengan keikhlasan.
Dalam ajaran Islam, ikhlas merupakan ruh suatu amal dan jiwa suatu ibadah. Keikhlasan adalah penentu mutlak suatu amal ibadah akan diterima disisi Allah swt atau ditolak. Jika suatu amal ibadah dilakukan tidak dengan rasa ikhlas, maka ibadah itu tidak akan bernilai apapun di sisi Allah swt. Sebaliknya, jika suatu amal ibadah kita lakukan dengan penuh keikhlasan karena Allah, maka tidak ada pahala yang lebih besar di sisi Allah selain amalan yang walaupun sedikit namun dikerjakan karena dasar keikhlasan.
Kenapa keikhlasan disebutkan sebagai ruh suatu amal dan jiwa suatu ibadah? Ibarat seorang manusia. Bila ruhnya telah tiada, maka ia akan berubah menjadi mayat. mayat mestilah dikuburkan karena nilai kemanusiaannya telah tiada.
Begitulah dengan amal ibadah kita ini. Kalau tidak ada roh yang menjadi jiwanya, yaitu keikhlasan, maka amal ibadah itu tidak lebih seperti mayat atau bangkai yang tidak ada gunanya lagi.
Allah swt dalam Al-Qur’an berfirman:
وَما أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفاءَ وَ يُقيمُوا الصَّلاةَ وَ يُؤْتُوا الزَّكاةَ وَ ذٰلِكَ دينُ الْقَيِّمَةِ
"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan dan keikhlasan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus". (Qs. Al Bayyinah: 5)
Ibadah Haji dan Qurban adalah ujian keikhlasan, keikhlasan bagi mereka yang pergi menunaikan ibadah haji, dan keikhlasan pula bagi mereka yang tidak atau belum sempat untuk menunaikannya dengan berkurban. Ibadah ini tidak menuntut selain keikhlasan kita sebagai hamba Allah swt.
Keikhlasan berarti memenuhi perintah Allah tanpa mempertimbangkan keuntungan pribadi atau balasan apa pun. Seseorang yang ikhlas akan berpaling kepada Allah dan hanya ingin mendapatkan ridha-Nya atas setiap perbuatan, langkah, kata-kata, dan do’anya. Dengan demikian, ia benar-benar yakin akan janji Allah kepada dirinya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan perbuatan hambaNya.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللهَ عَليمٌ خَبيرٌ
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Qs. Al Hujurat: 13)
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memperkuat rasa keikhlasan dalam diri kita:
1. Meningkatkan pemahaman kita tentang kehidupan
Kesibukan kita sehari-hari tidak diragukan telah banyak menyita waktu kita untuk memikirkan dan bertafakur mengenai kehidupan yang bagaimana sebenarnya yang sedang kita lalui.
Apakah kehidupan ini akan berlalu saja tanpa ada akhir dari kehidupan? Sedangkan pengalaman dan fakta membuktikan bahwa kita sebelum 20 tahun yang lalu, atau kita sebelum 30 tahun yang lalu, atau bahkan 60 tahun lalu adalah tidak ada. Pengalaman dan fakta juga telah menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang dulu ada dan hidup bersama kita kini telah tiada meninggalkan kita.
Kemanakah mereka pergi? Akankah kita juga akan seperti mereka? Pergi meninggalkan kehidupan ini menuju alam yang lain? Lantas apa yang akan kita bawa ke alam itu selain amal kebajikan yang kita lakukan saat ini?
Kehidupan kita saat ini tidak lain adalah salah satu dari beberapa tahapan kehidupan kita sebagai manusia, kita telah melalui kehidupan alam ruh, kehidupan alam rahim, dan kita kehidupan di dunia, kedepan ada kehidupan alam barzah yang sedang menanti kita, mau tidak mau kita akan memasukinya.
Maka perbanyaklah amal ibadah sementara kita masih dapat melakukannya di dunia ini, dan keikhlasan adalah kunci suatu amal diterima disisi Allah swt.
2. Mengingat nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah dan mensyukurinya
Dalam Ayat al-Qur’an disebutkan :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزيدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذابي لَشَديدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)
Mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah swt kepada kita adalah kunci kekalnya keikhlasan dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan.
Kita tentu masih ingat, bahwa apapun kebaikan yang kita lakukan di dunia jika mengandung kebaikan maka itu menurut Islam adalah ibadah, dengan demikian perbuatan baik apapun yang kita lakukan jika dilaksanakan dengan keikhlasan selain akan terasa ringan, disisi Allah lebih besar pahalanya daripada amal yang dikerjakan karena motivasi tertentu yang bersifat keduniawian.
3. Memperbanyak zikir dan mengingat kebesaran Allah swt
Allah swt dalam al-Qur’an berfirman:
يَهْدي إِلَيْهِ مَنْ أَنابَ الَّذينَ آمَنُوا وَ تَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang bertobat kepada-Nya Mereka adalah orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram" (Qs. Ar Ra’d: 28)
Ayat ini adalah bentuk penegasan dari Allah swt kepada kita bahwa dengan mengingat Allah, kebesaran dan kemurahanNya, maka hati orang-orang yang beriman dan percaya serta yakin kepadaNya akan menjadi tenang, merekalah yang mendapat petunjuk Allah sSWT.
Ini pula yang akan membuat seorang muslim tetap bahagia hidup di dunia apapun ujian yang menimpanya.
Ini pula yang akan memupuk rasa keikhlasan seorang mukmin dalam kondisi bagaimana pun ia berada, dan dalam lingkungan bagaimanapun ia hidup dan menjalaninya, mudah-mudahan dengan menjalankan segala amal kebaikan dan ibadah dalam kehidupan ini, kita dapat menjaga keikhlasan sebagai tolok ukur suatu ibadah disisi Allah SWT khususnya dibulan Zulhijjah ini, bulan yang merupakan momentum keikhlasan kita sebagai seorang hamba di hadapan Allah SWT.[]
Keterikatan semua ibadah ini tidak lain dan tidak bukan adalah bersatunya 3 ibadah dalam satu bulan sebagai momen penting untuk memupuk rasa keikhlasan.
Inti dari ibadah haji adalah keikhlasan, inti dari hari raya adalah keikhlasan, demikian pula dengan inti dari penyembelihan hewan qurban adalah keikhlasan. Inilah bulan Zulhijjah, bulan perjalanan manusia untuk berhijrah dari perbuatan yang penuh dengan keinginan, menjadi perbuatan yang penuh dengan keikhlasan.
Dalam ajaran Islam, ikhlas merupakan ruh suatu amal dan jiwa suatu ibadah. Keikhlasan adalah penentu mutlak suatu amal ibadah akan diterima disisi Allah swt atau ditolak. Jika suatu amal ibadah dilakukan tidak dengan rasa ikhlas, maka ibadah itu tidak akan bernilai apapun di sisi Allah swt. Sebaliknya, jika suatu amal ibadah kita lakukan dengan penuh keikhlasan karena Allah, maka tidak ada pahala yang lebih besar di sisi Allah selain amalan yang walaupun sedikit namun dikerjakan karena dasar keikhlasan.
Kenapa keikhlasan disebutkan sebagai ruh suatu amal dan jiwa suatu ibadah? Ibarat seorang manusia. Bila ruhnya telah tiada, maka ia akan berubah menjadi mayat. mayat mestilah dikuburkan karena nilai kemanusiaannya telah tiada.
Begitulah dengan amal ibadah kita ini. Kalau tidak ada roh yang menjadi jiwanya, yaitu keikhlasan, maka amal ibadah itu tidak lebih seperti mayat atau bangkai yang tidak ada gunanya lagi.
Allah swt dalam Al-Qur’an berfirman:
وَما أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفاءَ وَ يُقيمُوا الصَّلاةَ وَ يُؤْتُوا الزَّكاةَ وَ ذٰلِكَ دينُ الْقَيِّمَةِ
"Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan dan keikhlasan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus". (Qs. Al Bayyinah: 5)
Ibadah Haji dan Qurban adalah ujian keikhlasan, keikhlasan bagi mereka yang pergi menunaikan ibadah haji, dan keikhlasan pula bagi mereka yang tidak atau belum sempat untuk menunaikannya dengan berkurban. Ibadah ini tidak menuntut selain keikhlasan kita sebagai hamba Allah swt.
Keikhlasan berarti memenuhi perintah Allah tanpa mempertimbangkan keuntungan pribadi atau balasan apa pun. Seseorang yang ikhlas akan berpaling kepada Allah dan hanya ingin mendapatkan ridha-Nya atas setiap perbuatan, langkah, kata-kata, dan do’anya. Dengan demikian, ia benar-benar yakin akan janji Allah kepada dirinya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan perbuatan hambaNya.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقاكُمْ إِنَّ اللهَ عَليمٌ خَبيرٌ
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal". (Qs. Al Hujurat: 13)
Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk memperkuat rasa keikhlasan dalam diri kita:
1. Meningkatkan pemahaman kita tentang kehidupan
Kesibukan kita sehari-hari tidak diragukan telah banyak menyita waktu kita untuk memikirkan dan bertafakur mengenai kehidupan yang bagaimana sebenarnya yang sedang kita lalui.
Apakah kehidupan ini akan berlalu saja tanpa ada akhir dari kehidupan? Sedangkan pengalaman dan fakta membuktikan bahwa kita sebelum 20 tahun yang lalu, atau kita sebelum 30 tahun yang lalu, atau bahkan 60 tahun lalu adalah tidak ada. Pengalaman dan fakta juga telah menyebutkan bahwa betapa banyak orang yang dulu ada dan hidup bersama kita kini telah tiada meninggalkan kita.
Kemanakah mereka pergi? Akankah kita juga akan seperti mereka? Pergi meninggalkan kehidupan ini menuju alam yang lain? Lantas apa yang akan kita bawa ke alam itu selain amal kebajikan yang kita lakukan saat ini?
Kehidupan kita saat ini tidak lain adalah salah satu dari beberapa tahapan kehidupan kita sebagai manusia, kita telah melalui kehidupan alam ruh, kehidupan alam rahim, dan kita kehidupan di dunia, kedepan ada kehidupan alam barzah yang sedang menanti kita, mau tidak mau kita akan memasukinya.
Maka perbanyaklah amal ibadah sementara kita masih dapat melakukannya di dunia ini, dan keikhlasan adalah kunci suatu amal diterima disisi Allah swt.
2. Mengingat nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah dan mensyukurinya
Dalam Ayat al-Qur’an disebutkan :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزيدَنَّكُمْ وَ لَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذابي لَشَديدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Ibrahim: 7)
Mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah swt kepada kita adalah kunci kekalnya keikhlasan dalam setiap amal ibadah yang kita lakukan.
Kita tentu masih ingat, bahwa apapun kebaikan yang kita lakukan di dunia jika mengandung kebaikan maka itu menurut Islam adalah ibadah, dengan demikian perbuatan baik apapun yang kita lakukan jika dilaksanakan dengan keikhlasan selain akan terasa ringan, disisi Allah lebih besar pahalanya daripada amal yang dikerjakan karena motivasi tertentu yang bersifat keduniawian.
3. Memperbanyak zikir dan mengingat kebesaran Allah swt
Allah swt dalam al-Qur’an berfirman:
يَهْدي إِلَيْهِ مَنْ أَنابَ الَّذينَ آمَنُوا وَ تَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ أَلا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang bertobat kepada-Nya Mereka adalah orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram" (Qs. Ar Ra’d: 28)
Ayat ini adalah bentuk penegasan dari Allah swt kepada kita bahwa dengan mengingat Allah, kebesaran dan kemurahanNya, maka hati orang-orang yang beriman dan percaya serta yakin kepadaNya akan menjadi tenang, merekalah yang mendapat petunjuk Allah sSWT.
Ini pula yang akan membuat seorang muslim tetap bahagia hidup di dunia apapun ujian yang menimpanya.
Ini pula yang akan memupuk rasa keikhlasan seorang mukmin dalam kondisi bagaimana pun ia berada, dan dalam lingkungan bagaimanapun ia hidup dan menjalaninya, mudah-mudahan dengan menjalankan segala amal kebaikan dan ibadah dalam kehidupan ini, kita dapat menjaga keikhlasan sebagai tolok ukur suatu ibadah disisi Allah SWT khususnya dibulan Zulhijjah ini, bulan yang merupakan momentum keikhlasan kita sebagai seorang hamba di hadapan Allah SWT.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar konstruktif dengan bahasa yang sopan dan bijak, terimakasih