Keyakinan kepada wahyu dan kenabian merupakan bagian dari wawasan pengetahuan dunia dan antropologi manusia, artinya yang menjadi pokok hidayah sebagai petunjuk global dalam semua bidang kajian keilmuan. Keyakinan akan adanya hidayah merupakan fondasi utama dan sebuah kemestian dalam disiplin ilmu teologi Islam (tauhid).
Dari sini dapat kita simpulkan bahwa kenabian merupakan bagian yang tidak terpisahkan serta menjadi sumber dasar untuk mengetahui wawasan pengetahuan dunia. Allah SWT --yang dalam istilah filsafat-- merupakan sesuatu yang wajib ada dengan zat-Nya, dan ke-wajib adaanNya merupakan sebuah kemestian dalam setiap segi kehidupan, memiliki sifat Maha Memberi kepada segala bentuk makhluk hidup, dengan syarat pemberian tersebut merupakan hal yang tidak mustahil dan sesuai bagi mereka, serta memberikan petunjukNya kepada mereka dalam bimbingan kesempurnaanNya.
Petunjuk ini mencakup semua makhluk hidup, mulai makhluk hidup terkecil hingga yang terbesar diantara mereka, mulai dari makhluk terendah yang tidak bernyawa, hingga makhluk tertinggi dan memiliki sistem maju dan rumit yang kita kenal, yaitu manusia. Sebagaimana tersebut dalam al-Qur'an, kepada semua makhluk inilah Allah SWT memberikan petunjukNya, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada benda-benda tidak bernyawa, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Dari sisi lain, semua tanda-tanda alam menunjukkan bahwa setiap keinginan dan usaha yang dilakukan oleh setiap makhluk hidup mengarah pada suatu tujuan, tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang tetap dan diam tidak bergerak tanpa tujuan, mereka memiliki kekuatan untuk selalu bergerak dan terus mengalami perubahan menuju satu tujuan. Kekuatan inilah yang disebut dalam wawasan dunia Islam dengan hidayah ilahi.
Perkataan Nabi Musa as kepada Fir'aun seperti yang dikutip al Qur'an menyebutkan:
قَالَ رَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى
"Musa menjawab: "Tuhan kami adalah tuhan yang telah memberikan bentuk kejadian kepada segala sesuatu, kemudian memberinya petunjuk"
Dunia yang kita tinggali adalah dunia yang memiliki tujuan, usaha-usaha yang dilakukan manusia semua menuju pada satu tujuan, yaitu kesempurnaan, dan tujuan ini adalah petunjuk tuhan (hidayah ilahi). Kata wahyu yang sering diulang-ulang dalam al Qur'an, jika dilihat dari penggunaan serta makna yang dikandung didalamnya, tidak hanya ditujukan kepada manusia, tetapi menunjukkan kepada semuanya, atau kalaupun tidak minimal menunjukkan untuk makhluk hidup, misalnya kepada lebah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wahyu memiliki derajat kesempurnaan yang berbeda.
Derajat wahyu tertinggi adalah wahyu yang diturunkan kepada para nabi. Sebuah wahyu yang berdasarkan pada kebutuhan manusia, menghantarkan mereka kepada sebuah tujuan yang berada diluar batas ruang dan waktu serta kesadaran, mau tidak mau setiap manusia akan mendapatkan petunjuk itu, disamping memang petunjuk itu merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang selalu terikat dengan berbagai aturan yang berjalan dibawah pengawasan tuhan. Mengenai hal ini, sebelumnya telah dijelaskan pada pembahasan tentang ideologi manusia dan kebutuhannya terhadap adanya sebuah ideologi yang benar.
Para nabi memiliki kedudukan yang tinggi dalam lingkungan manusia, mereka adalah manusia terpilih yang memiliki kemampuan dan kecakapan tertinggi yang memiliki pengetahuan dari alam ghaib, dan kemampuan ini hanyalah Allah SWT yang mengetahuinya. Al Qur'an menyebutkan:
اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ
"Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulanNya"
Bagaimanapun keadaan wahyu itu, semuanya berada diluar dari kesanggupan manusia, namun kekuatan ini seperti halnya kekuatan lain yang pernah ada, dapat dikenali dari jejak-jejak dan bekas kekuatannya yang memberi pengaruh besar pada seseorang yang memperolehnya, dan seseorang itu dikenal dengan nama Rasul. Allah SWT mengutusnya dan memberikan kekuatan luar biasa baginya untuk melakukan suatu perubahan besar dalam kehidupan manusia. Sejarah tidak pernah luput untuk bercerita dan mengungkapkan kisah-kisah hebat dan agung perjalanan para rasul dan pribadi-pribadi yang lahir dengan mengikuti mereka.
sumber: Murtadha Muthahhari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan komentar konstruktif dengan bahasa yang sopan dan bijak, terimakasih