05 April 2015

PERSOALAN QUNUT SUBUH*

Doa Qunut
Masalah ini menurut penulis pada dasarnya bukanlah masalah yang penting untuk dibahas, karena qunut sendiri hukumnya adalah sunnah dalam mazhab Syafi’i, artinya jika pun tidak dilaksanakan tidak masalah, bukan dosa, dan shalat tidak batal karena tidak membaca qunut, karena bukan rukun shalat.

Namun yang berkembang dalam pemahaman masyarakat terhadap persoalan sunnah ini adalah telah menjadi pemicu prilaku lain yang justru menurut Islam haram, pemahaman itu telah menjelma sebagai pemisah jama’ah shalat, pemisah persaudaraan sesama muslim, bahkan yang lebih parah penyebab timbulnya permusuhan sesama yang diawali dengan pergunjingan, gosip, dll.

Tindakan yang berasal dari pemahaman itu benar-benar konyol dan seperti bunuh diri, persoalan yang awalnya tidak masalah pada akhirnya menjadi masalah yang besar, dan menghilangkan pahala amalan kita.
Imam Abi Zakariya Mahyiddin bin Syaraf An Nawawi dalam kitab “Al Majmu’ Syarah Al Muhazzab” berkata:

مذهبنا أنه يستحب القنوت فيها سواء نزلت نازلة أو لم تنزل وبها قال أكثر السلف ومن بعدهم أو كثير

"Dalam mazhab kita adalah sunnah hukumnya membaca doa qunut dalam shalat subuh itu baik qunut nazilah atau bukan, dan ini adalah pendapat sebagian besar ulama salaf dan sebagian ulama-ulama setelahnya atau sebagian besarnya” (Al Majmu’ Syarah Al Muhazzab j 3, h. 504)

Dengan demikian jelaslah bahwa qunut subuh itu menurut ulama mazhab syafi’I hukumnya sunnah, bila dikerjakan berpahala, bila ditinggalkan tidak mengapa, artinya kita tidak perlu marah saat orang lain tidak melakukan qunut subuh, tidak perlu merasa tidak afdhal shalat subuhnya, apalagi menganggap tidak sah jika tidak membaca qunut.

Di lain pihak, kelompok lain yang tidak meyakini qunut subuh bagian dari Sunnah Nabi perlu menahan diri, ucapan dan tindakan serta menghormati pendapat ini, karena tidak dapat dipungkiri salah satu timbulnya reaksi beragam termasuk kesalahan pemahaman masyarakat tersebut diatas adalah karena ucapan pedas, dan tindakan provokatif kelompok lain yang tidak meyakininya.

Para ulama yang disebutkan Imam Abi Zakariya Mahyiddin bin Syaraf An Nawawi beralasan walaupun terdapat hadis yang menyebutkan bahwa Nabi pernah membaca qunut tapi kemudian meninggalkannya, maka qunut yang ditinggalkan beliau itu adalah qunut nazilah, bukan qunut subuh, sementara qunut subuh tetap dilakukan Nabi sampai akhir hayat beliau.

عن انس ان النبي صلى الله عليه وسلم قنت شهرا يدعو عليهم ثم تركه فاما في الصبح فلم يزل يقنت حتى فارق الدنيا

“Dari Anas bin Malik bahwasanya Nabi saw membaca qunut berdoa untuk suatu kaum selama sebulan kemudian meninggalkannya, sedangkan untuk shalat subuh, beliau senantiasa membaca qunut hingga beliau wafat” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut, j. 2, h. 201).

عن الربيع بن انس قال كنت جالسا عند انس فقيل له انما قنت رسول الله صلى الله عليه وسلم شهرا فقال ما زال رسول الله صلى الله عليه وسلم يقنت في صلوة الغداة حتى فارق الدنيا

“Dari Rabi’ bin Anas ia berkata: suatu hari aku duduk bersama Anas (ayahnya) maka sesorang berkata kepadanya, sesungguhnya Rasulullah hanya membaca qunut selama sebulan, maka Anas berkata: “Rasulullah saw senantiasa membaca qunut pada shalat Fajar (subuh) hingga beliau wafat” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut  j. 2, h. 201)

Kedua, jika Rasulullah saw meninggalkan membaca qunut (baik nazilah atau subuh) maka bagaimana bisa sahabat setelahnya masih melakukannya pada zamannya? Hal ini menunjukkan bahwa yang ditinggalkan beliau adalah qunut nazilah yang memang dilakukan pada saat-saat tertentu, bukan qunut secara keseluruhan yaitu qunut subuh.

عن الحسن عن انس بن مالك قال قنت رسول الله صلى الله عليه وسلم وابو بكر وعمر وعثمان رضى الله عنهم واحسبه قال رابع حتى فارقهم ورواه عبد الوارث بن سعيد عن عمرو بن عبيد وقال في صلوة الغداة

“Dari Hasan dari Anas bin Malik ia berkata: “Rasulullah saw membaca qunut, demikian pula Abu Bakar, Umar, dan Usman ra, dan rawi mencukupkan perkataannya, Rabi’ berkata: “Hingga mereka meninggal dunia” dan diriwayatkan dari Abdul Waris bin Sa’id dari Amru bin Ubaid: “Pada shalat-shalat fajar mereka” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut  j. 2, h. 202).

عن قتادة عن انس بن مالك رضى الله عنه قال صلت خلف رسول الله صلى الله عليه وسلم فقنت وخلف عمر فقنت وخلف عثمان فقنت

“Dari Qatadah dari Anas bin Malik ra. ia berkata: “Aku shalat dibelakang Rasulullah saw dan membaca qunut, demikian pula dibelakang Umar dan dibelakang Usman” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut  j. 2, h. 202).

ثنا بندار ثنا يحيى بن سعيد ثنا العوام بن حمزة قال سألت ابا عثمان عن القنوت في الصبح قال بعد الركوع قلت عمن قال عن ابى بكر وعمر وعثمان رضى الله عنهم * هذا اسناد حسن ويحيى بن سعيد لا يحدث الا عن الثقات عنده

“Telah menceritakan kepada kami Bandar dari Yahya bin Sa’id dari ‘Awam bin Hamzah ia berkata: “Aku bertanya kepada Abu Usman tentang membaca Qunut Subuh, ia berkata: “Qunut Subuh itu dilakukan setelah ruku’” aku bertanya: “Dari mana anda tahu?” ia menjawab: “Dari Abu Bakar, Umar dan Usman ra.” Isnad riwayat ini hasan karena Yahya bin Sa’id tidak meriwayatkan kecuali dari orang yang terpercaya” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut  j. 2, h. 202).

حدثنى مخارق عن طارق قال صليت خلف عمر الصبح فقنت

“Telah menceritakan kepadaku Makhariq dari Thariq ia berkata: “Aku pernah shalat subuh dibelakang Umar dan ia membaca qunut” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut  j. 2, h. 203).

ثنا الحميدى ثنا يحيى بن سليم عن اسمعيل بن امية عن عطاء عن عبيد بن عمير قال سمعت عمر يقنت ها هنا في الفجر بمكة

“Telah menceritakan Al Humaidi, dari Yahya bin Salim dari Isma’il bin Umayyah dari Atha dari Ubaid bin ‘Amir ia berkata: “Aku mendengar Umar membaca qunut disini, ya disini pada saat shalat subuh di Mekah” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut  j. 2, h. 203).

عن حبيب بن ابى ثابت عن عبد الرحمن بن سويد الكاهلى قال كانى اسمع عليا رضى الله عنه في الفجر حين قنت وهو يقول اللهم انا نستعينك ونستغفرك

“Dari Habib bin Abi Tsabit dari Abdurrahman bin Suwaid ia berkata: “Sepertinya aku mendengar Ali ra. membaca qunut pada saat shalat fajar, dan ia berkata: “Ya Allah sesungguhnya kami memohon pertolongan kepadaMu dan memohon ampunanMu” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut  j. 2, h. 205).

Dan masih banyak lagi riwayat yang disebutkan imam Baihaqi dalam kitabnya Sunan al Kubra yang menguatkan pendapat ini. Namun perlu diketahui bahwa membaca qunut tidak terbatas hanya pada shalat subuh saja, karena ada juga dalil-dalil yang menyebutkan dapat dilakukan pada shalat-shalat lainnya seperti shalat maghrib, Dhuhur, dan Isya, namun pembahasan ini memiliki penjelasan tersendiri, dalil itu seperti:

حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ أُمَيَّةَ حَدَّثَنَا مُعَاذٌ - يَعْنِى ابْنَ هِشَامٍ - حَدَّثَنِى أَبِى عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِى كَثِيرٍ قَالَ حَدَّثَنِى أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ وَاللَّهِ لأُقَرِّبَنَّ بِكُمْ صَلاَةَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يَقْنُتُ فِى الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ مِنْ صَلاَةِ الظُّهْرِ وَصَلاَةِ الْعِشَاءِ الآخِرَةِ وَصَلاَةِ الصُّبْحِ فَيَدْعُو لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَلْعَنُ الْكَافِرِينَ.

“Dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah ia berkata: “Demi Allah, shalatku adalah yang paling dekat dengan shalat Rasulullah saw, maka adalah shalat Abu hurairah itu membaca qunut pada raka’at akhir dari shalat Dhuhur, raka’at terakhir shalat Isya dan shalat subuh, dia mendoakan orang-orang mukmin dan melaknat orang-orang kafir” (Sunan Abu Dawud, Bab Al-Qunud fis shalawat, j. 1, h. 540)

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ وَمُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَحَفْصُ بْنُ عُمَرَ ح وَحَدَّثَنَا ابْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنِى أَبِى قَالُوا كُلُّهُمْ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ عَنِ ابْنِ أَبِى لَيْلَى عَنِ الْبَرَاءِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقْنُتُ فِى صَلاَةِ الصُّبْحِ زَادَ ابْنُ مُعَاذٍ وَصَلاَةِ الْمَغْرِبِ.

“Dari Bara’ bin Azib ia berkata: “Bahwasanya Nabi saw dahulu membaca qunut pada saat shalat subuh” Ibnu Muazd menambahkan “Demikian pula pada shalat maghrib” (Sunan Abu Dawud, Bab Al-Qunud fis shalawat, j. 1, h. 540)

Salah satu alasan Mazhab Syafi’I tetap berpendapat membaca qunut hukumnya sunnah walaupun banyak dalil yang menguatkannya adalah karena terdapat pula sahabat Nabi yang tidak membacanya, seperti yang disebutkan dalam riwayat berikut ini:

عن عرفجة قال صليت مع ابن مسعود رضى الله عنه صلوة الفجر فلم يقنت وصليت مع على فقنت

“Dari ‘Arafjah ia berkata: “Aku pernah shalat fajar bersama Ibnu Mas’ud ra. dan ia tidak membaca qunut, dan aku pernah shalat fajar bersama Saydina Ali dan ia membaca qunut” (Sunan al Kubra Baihaqi, bab ad dalil ‘ala annahu lam yatruk ashlul qunut  j. 2, h. 205).

Namun ini adalah pilihan, ingin dapat pahala lebih maka bacalah qunut, jika tidak membaca maka tidak ada masalah, mari menjadikan persoalan qunut ini sebagai wawasan keislaman, bukan menukarnya dengan memecah persatuan umat Islam yang lebih tinggi nilainya.

* Penulis adalah Alumni Dayah Bustanul Ulum Langsa, NAD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan komentar konstruktif dengan bahasa yang sopan dan bijak, terimakasih